Bab 2
Dengan semakin
banyaknya populasi kendaraan bermotor (roda dua dan roda empat). Tingkat
kemacetan dijalan raya yang semakin meningkat. Menyebabkan konsumsi bahan bakar
minyak semakin tinggi, Sehingga pemerintah harus memberikan subsidi untuk
menekan harga bahan bakar minyak tersebut. Agar supaya harga bahan bakar minyak
stabil dan terjangkau oleh masyarakat luas. Namun demikian pemerintah tidak dapat terus menerus memberikan subsidi
mengenai potensi ekposur kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap sektor riel, Banyak hal yang
menyebabkan itu semua, diantaranya harga minyak dunia yang berubah, pendapatan
perkapita yang meningkat dan kebijakan-kebijakan lain yang diambil pemerintah.
Kenaikan harga BBM juga sangat berpengaruh terhadap kebutuhan pokok. Seperti
harga sembako yang naik karena ongkos transportasi juga ikut naik, dan
harga-harga kebutuhan lainnya juga naik. Berikut perubahan harga BBM dari waktu
ke waktu sejak tahun 1980 :
Tahun
|
Harga Premium
|
Harga Solar
|
Masa Pemerintahan
|
1980
|
Rp 150
|
Rp 52,5
|
Soeharto
|
1991
|
Rp 550
|
Rp 300
|
Soeharto
|
1993
|
Rp 700
|
Rp 380
|
Soeharto
|
1998
|
Rp 1.200
|
Rp 600
|
Soeharto
|
2000
|
Rp 1.150
|
Rp 600
|
Gus Dur
|
2001
|
Rp 1.450
|
Rp 900
|
Gus Dur
|
2002
|
Rp 1.550
|
Rp 1.150
|
Megawati
|
2003
|
Rp 1.810
|
Rp 1.890
|
Megawati
|
Maret 2005
|
Rp 2.400
|
Rp 2.100
|
SBY
|
Oktober 2005
|
Rp 4.500
|
Rp 4.300
|
SBY
|
2008
|
Rp 6.000
|
Rp 5.500
|
SBY
|
2009-2012
|
Rp 4.500
|
Rp 4.500
|
SBY
|
Pemerintah juga sempat
menurunkan harga BBM sebanyak 7 kali. Pertama ketika tahun 1986,
Pemerintahan Soeharto menurunkan solar sebesar 17,4%. Kedua, ketika krisis
moneter tahun 1998, aksi demonstrasi mahasiswa menuntut Presiden Soeharto
mencabut Keppres 69 Tahun 1998 tentang kenaikan BBM, dan lalu menerbitkan Keppres
78 Tahun 1998 untuk menurunkan kembali bensin dan solar masing-masing 16,7% dan
8,3%. Kebijakan serupa dilakukan oleh Presiden Megawati menurunkan harga solar
dari Rp 1.890.- kembali menjadi Rp 1.650.- di tahun 2003. Dan di masa Pemerintahan
SBY, harga bensin kembali diturunkan Rp 500 di awal Desember 2008 setelah
kenaikan Rp 1.500 di akhir Mei 2008 dan menurunkannya kembali sebanyak 2 kali,
masing-masing Rp 500 pada tahun 2009 sebelum digelarnya Pemilu pemilihan
Presiden secara langsung oleh rakyat. Sebelumnya, pemerintahan SBY-JK
telah menaikkan harga BBM dengan sangat fantastis pada 1 Oktober 2005 yaitu
dari Rp 2.400 menjadi Rp 4.500 serta solar dari Rp 2.100 menjadi Rp 4.300. Pada
tahun 2013 di isukan kembali bahwa pemerintah akan kembali menaikkan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis premium dan solar. Kenaikan ini, hanya
akan berlaku bagi mobil jenis pribadi dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 hingga Rp
6.500 per liter.
Menilik masa lalu,
kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM sebenarnya bukanlah hal yang
baru.Bahkan jika dilihat dari data yang ada, menaikkan harga BBM sudah
dilakukan sejak zaman Presiden Soekarno.Di masa kepemimpinan Soekarno
sedikitnya telah terjadi 12 kali kenaikan harga BBM. Kementerian ESDM
menunjukkan dimasa kepemimpinan Soekarno sedikitnya telah terjadi 12 kali
kenaikan harga BBM, mesti tak ada angka pasti berapa kenaikan dan kapan
kenaikan itu, namun dokumen pada Biro Perancang Negara tahun 1965. Menyebutkan
jika kenaikan BBM dimasa itu untuk membantu pemerintah dalam membangun sektor
pendidikan, kesehatan dan perumahan. Di era Orde Baru, atau saat Soeharto
memimpin, kenaikan harga BBM juga beberapa kali terjadi. Catatan Kementerian
ESDM menujukkan sedikitnya terjadi 18 kali kenaikan harga BBM di era ini. Kenaikan
BBM juga pernah sekali dilakukan pada masa kepemimpinan BJ Habibie. Abdurahman
Wahid atau Gus Dur juga pernah sekali menaikkan harga BBM. Sedangkan di era
Megawati, tercapai 2 kali terjadi kenaikan dan 7 kali penyesuaian harga. Dan
kini, di dua periode memimpin Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono tecatat telah
melakukan empat kali kenaikan harga.
Dampak Kenaikan Harga
Bahan Bakar Minyak (BBM)
Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, kenaikan
BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan
masyarakat, sehingga ketidakstabilan dimasyarakat akan meluas. Kenaikan BBM ini
merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi. Kenaikan harga BBM tidak
hanya menimbulkan dampak negatif saja, tetapi kenaikan harga BBM juga
menimbulkan dampak positif.
A. Dampak
Positif dari Kenaikan Harga BBM
1) Munculnya
bahan bakar dan kendaraan alternatif
Seiring dengan
melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai macam bahan bakar alternatif
baru yang sudah dikenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas).
Harga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan
bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk
menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya
akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan
pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya mobil listrik, mobil yang
berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.
2)
Pembangunan Nasional akan lebih pesat
Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN
yang awalnya digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka
subsidi dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai
wilayah hingga ke seluruh daerah.
3)
Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi
yang dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dapat di minimalisasi.
4)
Mengurangi Pencemaran Udara
Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan
mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar
tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.
B. Dampak Negatif dari Kenaikan BBM
1. Harga barang semakin mahal
Kebutuhan akan komoditas BBM sudah menyentuh semua
aspek kehidupan. Tekanan harga pada komoditas BBM akan berpengaruh pada harga
barang dan jasa lainnya. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan
disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan
bakar.
2. Daya beli masyarakat menurun
Kenaikan harga BBM yang disertai dengan peningkatan
harga barang berimplikasi pada menurunnya daya beli masyarakat. Ini akan
semakin memberatkan masyarakat kecil di saat momen kenaikan harga BBM
berdekatan dengan hari raya Lebaran dan masa liburan sekolah.kenaikan harga BBM
ini juga membuat apa yang diperjuangkan para buruh mengenai peningkatan UMR
menjadi sia-sia. Buruh merepresentasi kalangan masyarakat kecil.
3. Kemiskinan Bertambah
Kenaikan harga BBM bersubsidi akan berimplikasi pada
melonjaknya tingkat kemiskinan. Meski pemerintah berjanji untuk memberikan
kompensasi pada masyarakat kecil. Namun dampaknya dinilai tidak akan
signifikan.Kompensasi yang bertujuan sebagai jaring pengaman agar masyarakat miskin
tidak semakin jatuh ke jurang kemiskinan justru berpotensi dimanfaatkan oleh
agenda politik. Pasalnya, dalam waktu dekat Indonesia akan memasuki masa
pemilihan umum (pemilu). Pemerintah juga akan memberikan dana kompensasi kepada
masyarakat kalangan bawah per bulan. Besaran kompensasi per Rumah Tangga
Sasaran (RTS) sudah dihitung oleh Kementerian Keuangan. "Sekitar Rp
150.000 per RTS.
4.
Pengangguran Bertambah
Kenaikan harga BBM bersubsidi akan membuat biaya
produksi usaha bertambah. Hal ini menimbulkan pengusaha mengurangi beban usaha
salah satunya dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
PHK tentunya akan menimbulkan angka pengangguran
meningkat. Rencana pembatasan konsumsi BBM yakni sebesar 0,7 liter per motor
per hari dan 3 liter per mobil per hari akan membuat kondisi semakin parah.
Rencana ini akan membuat gerak ekonomi terganggu.
Pengangguran akan bertambah. Jika pemerintah ingin menurunkan beban subsidi
sebaiknya menggunakan cara konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG). Pemerintah
sebaiknya konsentrasi pada pengembangan infrastruktur gas yang mana komoditas
ini masih melimpah di bumi Indonesia.
5. Inflasi
Inflasi akan terjadi jika harga BBM mengalami
kenaikan. Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi suatu barang
atau jasa.
6. Usaha Kecil Semakin Terpukul
Usaha kecil menjadi sektor yang paling terpukul akibat
dampak kenaikan harga BBM ini. Sektor ini mengalami penambahan beban produksi
terbesar.
Dengan modal secukupnya ditambah beban produksi yang
bertambah diyakini akan membuat sektor usaha kecil gulung tikar. Usaha kecil
banyak yang gunakan kendaraan untuk kendaraan operasional seperti antar barang.
Itu akan membuat ongkos naik,
Ini menjadi dilema bagi usaha kecil. Pasalnya, jika
usaha kecil berniat membebankan ongkos produksi pada produknya maka akan
membuat volume penjualan menurun.
C. Dampak Kenaikan Harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Inflasi dan Perekonomian Nasional
Jika terjadi kenaikan
harga BBM, maka akan terjadi inflasi. Terjadinya inflasi ini tidak dapat
dihindari karena bahan bakar, dalam hal ini premium, merupakan kebutuhan vital
bagi masyarakat, dan merupakan jenis barang komplementer. Meskipun ada berbagai
cara untuk mengganti penggunaan BBM, tapi BBM tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat sehari-hari. Inflasi akan terjadi apabila subsidi BBM
dicabut, harga BBM akan naik. Masyarakat mengurangi pembelian BBM. Uang tidak
tersalurkan ke pemerintah tapi tetap banyak beredar di masyarakat. Jika harga
BBM naik, harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan pula. Terutama dalam
biaya produksi. Inflasi yang terjadi dalam kasus ini adalah “Cost Push
Inflation”. Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya
produksi. Inflasi ini dilihat dari penyebabnya, Sementara jika dilihat
berdasarkan sumbernya, yang akan terjadi adalah “Domestic Inflation”,
sehingga akan berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri.
Kenaikan harga BBM
akan membawa pengaruh terhadap kehidupan iklim berinvestasi. Biasanya kenaikan
BBM akan mengakibatkan naiknya biaya produksi, naiknya biaya distribusi dan
juga menaikkan inflasi. Harga barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli
merosot, karena penghasilan masyarakat yang tetap. Sehingga menyebabkan
perekonomian akan terhenti (stagnan) dan tingkat kesejahteraan terganggu. Di
sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat, yang paling parah adalah
semakin sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha menyesuaikan produksinya
sesuai dengan kenaikan harga serta penurunan permintaan barang.
Dengan tidak adanya
kenaikan BBM, subsidi yang harus disediakan pemerintah juga semakin besar.
Untuk menutupi sumber subsidi, salah satunya adalah kenaikan pendapatan ekspor.
Karena kenaikan harga minyak dunia juga mendorong naiknya harga ekspor
komoditas tertentu. Seperti kelapa sawit, karena minyak sawit mentah (CPO)
merupakan subsidi minyak bumi. Income dari naiknya harga CPO tidak akan
sebanding dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk subsidi minyak.
D. Dampak Inflasi
Terhadap Perekonomian Nasional
Kenaikan harga BBM
berdampak pada meningkatnya inflasi. Dampak dari terjadinya inflasi terhadap
perekonomian nasional adalah sebagai berikut:
1.
Inflasi akan mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di masyarakat,
2.
Inflasi dapat mengakibatkan ketidak merataan pendapatan dalam masyarakat,
3.
Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak
negatif, tergantung besar kecilnya tingkat inflasi. Apabila inflasi itu kecil, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam
arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan
nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan
investasi. Sebaliknya, apabila inflasi itu besar,
yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian turun. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke
waktu.
Sementara dampak
inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa dirugikan dan ada juga yang
diuntungkan. Golongan masyarakat yang dirugikan adalah golongan masyarakat yang
berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan hartanya dalam bentuk uang, dan
para kreditur. Sementara golongan masyarakat yang diuntungkan adalah kaum
spekulan, para pedagang dan industriawan, serta para debitur.
Inflasi dapat
dikatakan sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu
wilayah negara atau daerah. Yang mana tingkat inflasi menunjukkan perkembangan
harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen
(IHK). Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat
yang berpenghasilan tetap, dan disisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi
dari suatu barang dan jasa.
E. Upaya
Pemerintah dalam Mengatasi Inflasi
Beberapa kebijakan
yang dapat diambil pemerintah untuk mengatasi terjadinya inflasi adalah sebagai
berikut:
a.
Kebijakan Moneter
1.
Politik Diskonto
Untuk mengatasi terjadinya inflasi, maka bank sentral
harus mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara bank sentral akan
menaikan tingkat suku bunga pinjaman kepada bank umum. Kebijakan ini juga
disebut dengan Rediscount Policy atau kebijakan suku bunga.
2.
Politik Pasar Terbuka (Open Market Policy)
Dalam politik pasar terbuka, bank sentral akan menjual
(jika terjadi inflasi) atau membeli (jika terjadi deflasi) surat-surat berharga
kepada masyarakat, sehingga ada arus uang yang masuk dari masyarakat ke bank
sentral.
3.
Menaikan Cash Ratio (Persediaan Kas)
Cash Ratio merupakan perbandingan antara kekayaan
suatu bank dengan kewajiban yang harus dibayarkan. Untuk mengatasi inflasi,
bank sentral akan menaikan cadangan kas bank-bank umum sehingga jumlah uang
yang bisa diedarkan oleh bank umum kepada masyarakat akan berkurang.
4.
Kebijakan Kredit Selektif (Selective Credit Control)
Untuk mengatasi inflasi atau mengurangi jumlah uang
yang beredar di masyarakat, maka diambil kebijakan memperketat kredit atau
pinjaman bagi masyarakat.
5.
Margin Requirements
Kebijakan ini digunakan untuk membatasi penggunaan
untuk tujuan-tujuan pembelian surat berharga.
b.
Kebijakan Fiskal
Dalam kebijakan
fiskal, untuk mengatasi inflasi pemerintah harus mengatur penerimaan dan
pengeluaran yang dilakukan pemerintah. Dalam hal penerimaan, pemerintah bisa
menaikan tarif pajak, sehingga jumlah penerimaan pemerintah meningkat.
Kebijakan yang kedua adalah Expenditure Reducing, yakni mengurangi
pengeluaran yang konsumtif, sehingga akan mempengaruhi terhadap permintaan
(Demand Full Inflation).
c. Kebijakan Rill
Kebijakan ini yang
tidak berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumlah uang yang beredar.
Cara ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi. Kebijakan Rill
dapat dilakukan melalui instrument berikut:
1. Mendorong agar perusahaan menaikkan hasil produksi
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan
oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang
beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau bantuan
(subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
2. Menekankan Tingkat Upah
Upaya menstabilkan upah atau gaji, dalam pengertian
bahwa upah tidak sering dinaikkan karena kenaikkan yang relatif sering
dilakukan untuk meningkatkan daya beli dan pada akhirnya menimbulkan inflasi.
3. Pemerintah melakukan pengawasan harga dan
menetapkan harga maksimal.
4. Pemerintah melakukan distribusi secara langsung
Agar tidak terjadi kenaikkan harga, hal ini seperti
yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (Harga Eceran
Tertinggi) pengendalian harga yang tidak akan berhasil tanpa adanya pengawasan.
Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk
menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan
lancar seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
5. Penanggulangan Inflasi yang Sangat Besar (Hyper
Inflation)
Ditempuh dengan cara melakukan sneering (pemotongan
nilai mata uang). Sneering berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyehatan,
pembersihan, re-organisasi. Kebijakan sneering antara lain:
-
Penurunan nilai mata uang
-
Pembekuan sebagian simpanan pada bank-bank dengan ketentuan bahwa simpanan yang
dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
Sneering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960 pada saat inflasi
mencapai 650%, pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp1.000 menjadi Rp
1.00
6. Kebijakkan yang berkaitan dengan Output
Kenaikkan output dapat memperkecil laju inflasi,
kenaikkan jumlah output ini dapat dicapai. Misalnya dengan kebijakkan penurunan
bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Meningkatnya jumlah
barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
7. Kebijakkan penentuan harga dan indexing yang
dilakukan ceiling price
8. Devaluasi
Penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata
uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi pemerintah melakukan intervensi
agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi sering pula
dikatakan dengan menurunnya nilai suatu negara terhadap mata uang asing.
Devaluasi juga merujuk kepada kebijakkan pemerintah menurunkan nilai mata uang
sendiri terhadap mata uang asing.
Kesimpulan
Kenaikan harga BBM selalu berpengaruh dengan kenaikan
harga-harga kebutuhan pokok dan kebutuhan yang lain, BBM merupakan faktor bahan
baku yang utama bagi sektor industri. Sehingga dampak kenaikan harga BBM akan
sangat dirasakan oleh masyarakat luas, khususnya kalangan masyarakat kecil.
Kenaikan BBM tidak hanya menimbulkan dampak negatif saja tetapi juga
menimbulkan dampak positif.
Dampak yang signifikan akan terjadi pada tingkat
inflasi dan pada kondisi perekonomian nasional. Dampak kenaikan harga BBM
terhadap inflasi adalah akan terjadi kenaikan pada tingkat persentase inflasi.
Jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah, dan akan berdampak pula
pada harga berbagai jenis barang dan jasa. Kondisi perekonomian akan mengalami
penurunan, ketidakstabilan akan terjadi. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi
inflasi adalah dengan menetapkan kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan
kebijakan Rill.