A.Perencanaan Pembelajaran Salah satu fungi manajemen adalah perencanaan. Program kegiatan apapun perlu direncanakan dengan baik, sehingga semua kegiatan terarah bagi tercapainya tujuan. Perencanaan harus dibuat dengan sebaik-baiknya. Perencanaan merupakan pedoman kerja bagi para pelaksana terkait, baik manajer dalam hal ini adalah kepala sekolah maupun staf dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing.
Selain itu menurut Bafadhal (2003: 42), rencana juga merupakan acuan dalam upaya untuk mengendalikan kegiatan lembaga, sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena begitu pentingnya perencanaan tersebut maka seorang manajer harus memiliki kemampuan merencanakan program. sedangkan Terry (1993:17) menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilakukan oleh kelompok untuk mendapai tujuan yang ditetapkan. Nana Sudjana (2000: 61) mengatakan bahwa perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik agar memiliki pengalaman belajar. (Jones et. al dalam Mulyani Sumantri, 1988: 95).
Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses menyusun materi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Selain itu menurut Bafadhal (2003: 42), rencana juga merupakan acuan dalam upaya untuk mengendalikan kegiatan lembaga, sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena begitu pentingnya perencanaan tersebut maka seorang manajer harus memiliki kemampuan merencanakan program. sedangkan Terry (1993:17) menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilakukan oleh kelompok untuk mendapai tujuan yang ditetapkan. Nana Sudjana (2000: 61) mengatakan bahwa perencanaan merupakan proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik agar memiliki pengalaman belajar. (Jones et. al dalam Mulyani Sumantri, 1988: 95).
Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses menyusun materi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1) Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pembelajaran.
2) Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistemik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu.
3) Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasi terhadap strategi tersebut.
4) Perencanaan pembelajaran sebagai sains (sciences) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya.
5) Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pembelajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas.
6) Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik. (Madjid, 2005: 17-18).
Dalam hal ini penulis mengambil pendapat bahwa perencanaan merupakan sebuah proses. Menurut Bafadhal (2003: 43) sebagai sebuah proses, ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam membuat perencanaan, yaitu:
1) Memperkirakan masa depan
2) Menganalisis kondisi lembaga
3) Merumuskan tujuan secara operasional
4) Mengumpulkan data atau informasi
5) Merumuskan dan menetapkan alternatif program
6) Menetapkan perkiraan pelaksanaan program
7) Menyusun jadwal pelaksanaan program.
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa: (1) keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan sangat ditentukan baik buruknya perencanaan; (2) perencanaan harus mampu memprediksi kegiatan di masa yang akan datang secara objektif; (3) perencanaan harus diarahkan pada pencapain tujuan, sehingga apabila terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kemungkinan besar adalah kurang sempurnanya suatu perencanaan; dan (4) perencanaan harus mempertimbangkan aspek kebijakan, anggaran, prosedur, aturan, metode, kriteria-kriteria untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Pengelolaan Pembelajaran
Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu menetapkan arah lembaga pendidikan melalui perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah yang berorientasi ke masa depan. Selanjutnya kepala sekolah bersama wakil kepala sekolah bidang kurikulum sebagai manajer program pembelajaran, melakukan penyusunan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan masyakarat di masa depan yaitu masyarakat belajar (learning society) dan masyarakat ilmiah (scientific society) (Soedrajat, 2005: 43).
Kepala sekolah yang interpreneur mengupayakan efektivitas dan efisiensi manajemen pendidikan dan pembelajaran di sekolah agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai. Secara operasional, manajemen pembelajaran adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pada komponen pembelajaran, yaitu: siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana/alat dan evaluasi. Ruang lingkup manajemen pembelajaran dapat digambarkan dengan matriks pada bagan sebagai berikut:
Secara matematis, matriks dalam bagan di atas menggambarkan adanya 40 kegiatan manajemen pembelajaran, yaitu mulai dari kegiatan A.1, hingga kegiatan E.8. Matriks dalam bagan tersebut dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi kegiatan yang diperlukan dalam manajemen pembelajaran. Tidak berarti dalam menajemen pembelajaran harus terdiri dari 40 kegiatan.
Menurut Bafadhal (2003: 59-60), bahwa kegiatan manajemen pembelajaran meliputi:
1) Perencanaan
• Analisis materi pembelajaran (AMP)
• Penyusunan kalender pendidikan
• Penyusunan program tahunan (Prota) dengan memperhatikan kalender pendidikan dan hasil analisis materi pelajaran.
• Penyusunan program semester (Promes) berdasarkan program tahunan yang disusun.
• Penyusunan program satuan pembelajaran/skenario pembelajaran
• Penyusunan recana pembelajaran (RP)
• Penyusunan rencana bimbingan dan penyuluhan.
2) Pengorganisasian
• Pembagian tugas pembelajaran dan tugas lain
• Penyusunan jadwal pembelajaran
• Penyusunan jadwal kegiatan perbaikan
• Penyusunan jadwal kegiatan pengayaan
• Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler
• Penyusunan jadwal kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
1) Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pembelajaran.
2) Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistemik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu.
3) Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasi terhadap strategi tersebut.
4) Perencanaan pembelajaran sebagai sains (sciences) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya.
5) Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pembelajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas.
6) Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik. (Madjid, 2005: 17-18).
Dalam hal ini penulis mengambil pendapat bahwa perencanaan merupakan sebuah proses. Menurut Bafadhal (2003: 43) sebagai sebuah proses, ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam membuat perencanaan, yaitu:
1) Memperkirakan masa depan
2) Menganalisis kondisi lembaga
3) Merumuskan tujuan secara operasional
4) Mengumpulkan data atau informasi
5) Merumuskan dan menetapkan alternatif program
6) Menetapkan perkiraan pelaksanaan program
7) Menyusun jadwal pelaksanaan program.
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa: (1) keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan sangat ditentukan baik buruknya perencanaan; (2) perencanaan harus mampu memprediksi kegiatan di masa yang akan datang secara objektif; (3) perencanaan harus diarahkan pada pencapain tujuan, sehingga apabila terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kemungkinan besar adalah kurang sempurnanya suatu perencanaan; dan (4) perencanaan harus mempertimbangkan aspek kebijakan, anggaran, prosedur, aturan, metode, kriteria-kriteria untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Pengelolaan Pembelajaran
Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu menetapkan arah lembaga pendidikan melalui perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah yang berorientasi ke masa depan. Selanjutnya kepala sekolah bersama wakil kepala sekolah bidang kurikulum sebagai manajer program pembelajaran, melakukan penyusunan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan masyakarat di masa depan yaitu masyarakat belajar (learning society) dan masyarakat ilmiah (scientific society) (Soedrajat, 2005: 43).
Kepala sekolah yang interpreneur mengupayakan efektivitas dan efisiensi manajemen pendidikan dan pembelajaran di sekolah agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai. Secara operasional, manajemen pembelajaran adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pada komponen pembelajaran, yaitu: siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana/alat dan evaluasi. Ruang lingkup manajemen pembelajaran dapat digambarkan dengan matriks pada bagan sebagai berikut:
Secara matematis, matriks dalam bagan di atas menggambarkan adanya 40 kegiatan manajemen pembelajaran, yaitu mulai dari kegiatan A.1, hingga kegiatan E.8. Matriks dalam bagan tersebut dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi kegiatan yang diperlukan dalam manajemen pembelajaran. Tidak berarti dalam menajemen pembelajaran harus terdiri dari 40 kegiatan.
Menurut Bafadhal (2003: 59-60), bahwa kegiatan manajemen pembelajaran meliputi:
1) Perencanaan
• Analisis materi pembelajaran (AMP)
• Penyusunan kalender pendidikan
• Penyusunan program tahunan (Prota) dengan memperhatikan kalender pendidikan dan hasil analisis materi pelajaran.
• Penyusunan program semester (Promes) berdasarkan program tahunan yang disusun.
• Penyusunan program satuan pembelajaran/skenario pembelajaran
• Penyusunan recana pembelajaran (RP)
• Penyusunan rencana bimbingan dan penyuluhan.
2) Pengorganisasian
• Pembagian tugas pembelajaran dan tugas lain
• Penyusunan jadwal pembelajaran
• Penyusunan jadwal kegiatan perbaikan
• Penyusunan jadwal kegiatan pengayaan
• Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler
• Penyusunan jadwal kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
3) Pengerahan
• Pengaturan pelaksanaan kegiatan pembukaan tahun ajaran baru
• Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
• Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan
• Supervisi pelaksanaan pembelajaran
• Supervisi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.
4) Pengawasan
• Supervisi pelaksanaan pembelajaran
• Supervisi pelaksanaan dan penyuluhan
• Evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran
• Evaluasi proses dan hasil kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Dunkin dan Biddle (1974: 38), proses pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu: 1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; 2) variabel konteks (contex variables) berupa peserta didik; 3) variabel proses (process variables); dan 4) variabel produk (product variables) berupa pekembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik. Berikut uraian pengelolaan variabel pembelajaran.
• Pengaturan pelaksanaan kegiatan pembukaan tahun ajaran baru
• Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
• Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan
• Supervisi pelaksanaan pembelajaran
• Supervisi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.
4) Pengawasan
• Supervisi pelaksanaan pembelajaran
• Supervisi pelaksanaan dan penyuluhan
• Evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran
• Evaluasi proses dan hasil kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Dunkin dan Biddle (1974: 38), proses pembelajaran berada dalam empat variabel interaksi, yaitu: 1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; 2) variabel konteks (contex variables) berupa peserta didik; 3) variabel proses (process variables); dan 4) variabel produk (product variables) berupa pekembangan peserta didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran tersebut harus dikelola dengan baik. Berikut uraian pengelolaan variabel pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar